NASIONAL – Dokter spesialis kejiwaan, dr. Tiur Sihombing, Sp.KJ., Subsp.Ger(K), mengimbau masyarakat untuk mulai memperhatikan kualitas tidur para lanjut usia (lansia) guna mencegah risiko demensia alzheimer. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah dengan menjaga sleep hygiene atau kebiasaan yang mendukung tidur berkualitas.
“Dalam hal tidur itu bisa diubah untuk mencegah (alzheimer), karena lansia pola tidurnya suka terbalik-balik. Karena memang lansia itu tidurnya sebentar-sebentar tapi akhirnya membuat kesulitan tidur di malam hari. Maka dari itu perlu dipastikan sleep hygiene-nya agar tercipta pola tidur yang tepat,” ujar dokter Tiur dalam webinar Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2025.
Menurutnya, menciptakan pola tidur yang teratur melalui sleep hygiene dapat membantu lansia mendapatkan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak, terutama bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun. Ini bisa menjadi salah satu upaya pencegahan demensia alzheimer.
Dokter Tiur menjelaskan bahwa demensia alzheimer merupakan bentuk penurunan fungsi otak yang disebabkan oleh penumpukan plak dan serabut saraf yang kusut di otak akibat radikal bebas. Penyakit ini sering menyerang lansia dan bisa diperparah oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Beberapa faktor risiko demensia alzheimer yang perlu diwaspadai antara lain:
Riwayat keluarga dan faktor genetik,
Kebiasaan bergadang,
Merokok,
Konsumsi alkohol berlebihan.
Sleep hygiene bisa diterapkan oleh caregiver atau orang yang merawat lansia. Caranya, dengan memastikan kamar tidur bersih dan suhu ruangan tidak terlalu panas maupun dingin. Idealnya, kamar dalam kondisi gelap saat tidur untuk merangsang produksi hormon melatonin, yang membantu tubuh tertidur nyenyak.
“Dengan kondisi kamar yang gelap atau lampu yang dimatikan maka nantinya hormon melatonin yang ada di dalam tubuh bisa keluar dan hal itu menginduksi tidur yang nyenyak. Tapi jika ternyata lansia takut gelap, takut jatuh saat di kamar, itu bisa pakai lampu tidur yang kecil,” jelasnya.
Ia juga menyarankan agar kamar tidur hanya digunakan untuk beristirahat, bukan untuk aktivitas lain seperti menonton televisi atau menggunakan ponsel. Dengan begitu, tubuh akan terbiasa bahwa kamar adalah tempat untuk tidur, sehingga tidur lansia bisa menjadi lebih berkualitas.
Berdasarkan data WHO tahun 2021, tercatat sekitar 57 juta orang di dunia mengalami demensia, dengan 60–70 persen di antaranya menderita demensia alzheimer. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi demensia alzheimer mencapai 27,9 persen secara nasional pada 2023.
Data ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan lansia, khususnya dalam mendukung mereka menghindari faktor risiko demensia alzheimer, agar para lansia bisa tetap aktif dan mandiri di masa tuanya.