BPOM Ambil Tiga Langkah Strategis Atasi Cemaran Radioaktif Cesium-137 pada Udang dan Cengkeh

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar. (Dok. Ist)

Faktabandung.id, NASIONAL – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara sigap mengambil tiga langkah strategis untuk menangani kasus temuan cemaran radioaktif Cesium-137 pada komoditas ekspor udang dan cengkeh. Langkah-langkah ini diambil untuk memulihkan citra dan reputasi perdagangan Indonesia di mata dunia, khususnya dengan Amerika Serikat.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (6/10), menyatakan bahwa penanganan kasus ini dijalankan secara profesional untuk meyakinkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) akan keseriusan Indonesia.

Tiga langkah utama yang ditempuh meliputi dekontaminasi bersama Satuan Tugas (Satgas) CS-137, melakukan asesmen gabungan dengan US FDA, serta melakukan reimpor bahan baku yang teridentifikasi sebagai sumber kontaminasi.

“Bukan yakinkan berdasarkan diskusi. Bukan meyakinkan dengan apologies. Bukan meyakinkan dengan bantah-bantahan. Tapi kita yakinkan dengan data. Itulah yang dilakukan oleh Satgas. Dan termasuk Badan POM,” tegas Taruna Ikrar.

Lebih lanjut, ia menjelaskan detail dari upaya tersebut. Koordinasi intensif dengan Satgas Cesium-137 dilakukan untuk proses dekontaminasi, termasuk mengisolasi sejumlah area untuk memastikan prosesnya berjalan efektif. Selain itu, asesmen bersama (joint assessment) dengan pihak US FDA juga telah dilaksanakan untuk transparansi.

“Kemudian yang ketiga, ternyata kita juga dapat bukti bahwa ada sebagian cesium ini yang terkontaminasi dari bahan baku pembuatan besi yang diimpor dari Filipina. Dan itu kita lakukan re-impor. Re-impor bahan-bahan ini,” jelasnya.

Taruna Ikrar memaparkan bahwa standar cemaran Cesium-137 yang ditetapkan US FDA adalah 1.200 Bq/kg. Sementara itu, Indonesia menerapkan standar yang jauh lebih ketat, yakni 500 Bq/kg. Dari temuan yang ada, level kontaminasi terdeteksi sangat rendah.

“Nah, yang didapatkan itu dari 400 lebih kontainer itu cuma ada 4. Nah, dari 4 kontainer itu juga, sangat rendah cuma 68,” ungkapnya.

Meskipun levelnya rendah, kasus cemaran radioaktif Cesium-137 ini tetap menjadi perhatian serius karena menyangkut kelangsungan perdagangan internasional Indonesia. Dampak nyata dari kasus ini sudah mulai terasa.

“Buktinya Saudi Arabia sudah melarang udang-udang segar yang mau dikirim ke sana,” katanya.

Belajar dari pengalaman masa lalu, Taruna merujuk pada insiden nuklir Fukushima di Jepang pada 2011 yang mencemari produk laut. Ia menyebut butuh waktu hingga 10 tahun bagi Jepang untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“Kan bahaya sekali kalau 10 tahun. Nah, tapi kita sudah dapat caranya. Yaitu yang pertama, kita harus yakinkan,” pungkasnya, menekankan pentingnya penyelesaian yang cepat dan berbasis data.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *